Thursday, 11 September 2014

pemilu legislatif ala saya

pemilu legislatif di indonesia boleh dibilang sangat demokratis karena setiap legislator dipilih langsung oleh rakyat.
melalui cara itu seolah rakyat benar-benar berkuasa untuk menunjuk wakilnya. padahal sesungguhnya kuasa rakyat hanya sampai di tahap memilih saja. setelahnya rakyat hanya bisa mengawasi sambil ber-gemes-ria menyaksikan kelakuan legislator pilihannya yang ternyata tidak sesuai janji.

seharusnya kuasa rakyat tidak berhenti dalam hal memilih wakilnya saja.
saya membayangkan pemilu legislatif yang dilakukan dengan slogan langsung, umum, bebas dan terbuka (tidak rahasia).  walaupun pemilihan dilakukan di bilik suara, namun pada kertas suara tercantum nama pemilihnya. jadi legislator yang terpilih tahu siapa saja rakyat yang memilihnya.
saya membayangkan pemilu yang langsung, umum, bebas dan terbuka (tidak rahasia) diikuti dengan aturan yang melegalkan pencabutan suara oleh pemilihnya. rakyat yang kecewa atas tingkah-polah legislatornya dapat dengan mudah mencabut suaranya untuk kemudian diberikan kepada legislator lain atau malah tidak diberikan ke siapapun. legislator juga diberikan hak klarifikasi sebelum diputuskan suaranya akan dicabut.

dengan cara diatas rakyat jadi lebih berkuasa. namun, cara diatas memiliki kelemahan. diantaranya :
rawan terjadi penghasutan dan atau money politic kepada rakyat yang buta politik yang berbuntut terjadi penggulingan anggota legislatif.

semuanya memang memiliki plus dan minusnya masing-masing. tinggal bagaimana kita meminimalisir minusnya.

02.00 12-09-2014
edisi posting telat dan gak mau tidur.

Wednesday, 10 September 2014

dialog imajiner #1

masih pake kamera analog?
iya.

biasa pake kamera apa?
Nikon FM2, Yashica Electro GSN gantian gitu.

sulit ga sih makenya?
awalnya sulit karena gak terbiasa. belom lagi perbedaan tipe dan cara pengoperasian masing-masing kamera. tapi lama-lama jadi terbiasa juga :))

dari semua kamera diatas, mana favoritmu?
tergantung mau motret apa dulu. kalo mau nyetrit pagi-siang aku lebih suka pake Yashica Electro GSN. focusing pake rangefinder di siang hari itu lebih cepet.
untuk motret scene yang bisa ditebak dan diarahkan aku baru make Nikon FM2, kamera ini full manual. shutter speednya dari Bulb-1/4000. terhitung jarang kamera full mekanik yang speednya sampe secepet itu. dengan variasi shutter yang sejauh itu maka kamera ini recomended untuk dieksplor kemampuannya.

filmnya dapet dari mana?
dulu awal pake film aku nyetok dari Surabaya, tapi sekarang lebih suka nitip beli di ebay. lebih murah walaupun harus ribet nggulung sendiri dikamar sambil gelap-gelapan.

proses setelah motretnya?
film color C41 aku proses & scan di Lab.
kalo film B/W aku proses & scan sendiri.

suka-dukanya motret pake film itu gimana sih?
sukanya:
rasa penasaran nunggu hasilnya, suara shutter kameranya yang ngangenin. namanya hobi, tentu saja banyak sukanya.
dukanya:
kalo hasilnya ga sesuai previsualisasi. kalo filmnya kebakar. dan yang paling ngeselin adalah kalo developernya udah basi. film jadi gagal terdevelop.
satu lagi...dulu pernah bablas mendevelop gara-gara nyoba stand-dev sambil tiduran. walhasil bablas tidur sampe film gosong terdevelop.

sampe kapan motret pake film?
sampe stok film udah abis atau sampai harganya udah ga kebeli.