Thursday, 7 March 2013

manjat ranukumbolo (part 2)

mumpung mood blogging lagi ada, saya lanjutkan post sebelumnya.


24 Desember 2012
± 09.00 WIB
Pras, Vivit, Ragil dan Stev melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru, sementara saya, Nian, Mbak Ita dan Mas Dwikun memilih untuk tinggal di ranukumbolo. beberapa pertimbangan yang membuat saya memilih untuk tidak muncak ke Mahameru selain karena badan yang terlalu pegal, juga mantel hujan yang robek parah dan berpotensi membuat saya kedinginan. 
perjalanan berangkat dari ranukumbolo ke puncak mahameru memakan waktu sehari semalam, dengan rute normal sbb :

  • Ranu Kumbolo
  • Oro-oro Ombo 
  • Cemoro Kandang 
  • Kalimati 
  • Arcapodo 
  • Puncak Mahameru (3.676 mdpl).

dengan tidak ikutnya saya ke puncak, maka saya punya 2 malam lagi di ranukumbolo. kesempatan ini saya gunakan sepenuhnya untuk menikmati keindahan ranukumbolo sambil recovery kondisi badan.

tanjakan cinta



 foto diatas adalah Tanjakan Cinta, dibalik tanjakan itu terletak Oro-Oro Ombo.

rombongan pendaki lain yang akan naik ke puncak


24 Desember 2012
± 12.00 WIB
ranukumbolo menunjukkan ekstrimnya cuaca gunung, kabut, matahari dan hujan bergantian menghajar kami di tenda. ketika kabut datang, buru-buru jemuran dimasukkan kembali ke dalam tenda karena bisa jadi hujan ikut turun. namun segera setelahnya, matahari membakar dengan terik hingga suhu didalam tenda sangat panas. angin dingin-kering ditambah panasnya matahari gunung membuat tenggorokan saya sakit hingga esok paginya.

25 Desember 2012
pagi.
pagi itu agak mendung, ranukumbolo terlihat lebih suram, namun saya tetap berusaha mengambil gambar disana (dan gambarnya pun gagal). saat sedang mengambil air, terlihat kepulan asap putih di puncak Mahameru. pertanda erupsi sedang terjadi. saya hanya bisa mendoakan keselamatan para pendaki yang muncak saat itu.
hari itu Mbak Ita dan Mas Dwikun akan turun lebih dulu ke Ranupani sementara saya dan Nian menunggu rombongan yang muncak turun nanti sorenya.
selesai packing, Mas Dwikun dan Mbak Ita berfoto dan berpamitan kepada kami. sebelumnya Mas Dwikun meminjamkan kompornya untuk kami gunakan memasak sampai rombongan Pras turun sore / malam. 
tinggallah saya dan nian ditemani beberapa pendaki lain. 

"sesama pecinta alam adalah saudara"
maka walaupun saya dan nian belum mengenal siapapun, namun di sekeliling kami masih banyak gerombolan pendaki yang adalah saudara bagi kami juga. yang satu ini contohnya :

angga

gambar diatas adalah Angga, pendaki nyentrik dari Blitar. pemuda yang seorang menwa ini terbukti ketangguhannya. dia sanggup naik dan turun dari tanjakan cinta dengan berlari. sementara beberapa menit sebelumnya dia sempat mandi di ranukumbolo *alamaaaak*...dan sepengetahuan saya hanya dia yang mau berdingin-dingin sekaligus kepanasan tanpa baju menantang cuaca ranukumbolo saat itu.
Angga dan beberapa temannya dari PTN di Malang telah turun dari Mahameru malam sebelumnya, jadi kemungkinan mereka bertemu dengan Pras dkk saat turun.
tak lama setelah berbincang, Angga dkk segera packing dan pamit duluan meninggalkan ranukumbolo.


± 12.00 WIB

saya memulai ritual memasak makan siang bersama Nian, namun kompor portable pinjaman dari Mas Dwikun gagal dinyalakan. 
setelah putus asa mencoba berbagai cara, kami sepakat makan kurma saja sambil menunggu Pras Dkk turun.

salah seorang teman Nian, pendaki dari M Rotary (kelompok pendaki yg berasal dari mahasiswa teknik mesin ITS) turun duluan. pendaki yang satu ini tidak kalah nyentrik dengan Angga. dia berlari turun sendirian sementara teman-temannya masih berpayah-payah turun dari arah mahameru. tidak lama beristirahat di tenda kami, dia segera pamit untuk turun ke Ranupani dengan melewati gunung Ayek-ayek yang tidak biasa. konon rute ini lebih pendek namun medannya lebih berbahaya.

ditengah hujan, Pras dkk sampai juga di ranukumbolo. segera kami pasang tenda dan mulai memasak.

hingga malam, hujan tidak berhenti sementara suhu udara sangat dingin. namun, pendaki masih berdatangan dari arah Ranupani. 
26 Desember 2012
± 05.00 WIB
hujan sudah berhenti. namun cuaca masih mendung. saya segera mengambil air.
kami tidak akan berlama-lama karena sebelum jam 9 harus sudah berjalan turun ke Ranupani.
berikut ini beberapa foto yang sempat saya ambil pagi itu.



sisa kayu yang semalam gagal kami bakar
langit ranukumbolo, tetep cantik euy
Stev
Vivit
btw, ini spot favorit para pendaki untuk berfoto
Vivit, Ragil, Stev, Pras (didalam tenda)
Ragil , Stev


± 09.00 WIB
kami selesai packing dan membongkar tenda. bareng dengan adik-adik angkatan Pras, Stev dan Ragil di M-Rotary kami memulai perjalanan turun ke Ranupani.
sebelum itu kami berdoa bersama, lalu kami meminum pil merah suplemen pembakar lemak (merek tidak disebutkan).  
alih-alih memakai pakaiang lengkap, saya lebih memilih membalutkan mantel hujan yang robek di tas carrier saya, demi melindunginya dari basa, sementara saya hanya mengenakan kaos dan celana kolor batik favorit saya.

dan perjalanan pun dimulai.

sampai di Pos 4, kami beristirahat sejenak dan mengambil foto. 
dari Pos 4, perjalanan dilanjutkan ke Pos 3. hujan turun, jalanan menjadi licin dan becek. sampai di turunan tajam menjelang Pos 3 , Pras terpeleset dan hampir jatuh ke jurang.


sampai pos 3, hujan makin deras. sementara persediaan air sudah terminum habis. 
jarak antara Pos 3 ke Pos 2 terasa amat jauh. saya , nian, pras, ragil dan vivit tertinggal di belakang.  perasaan haus menyerang meskipun hujan membasahi kami. 


lanjut kearah pos 2, medan yang kami tempuh lebih berbahaya. kami harus melewati jalan setapak yang longsor dengan kondisi amat licin sehingga harus merayap menempel ke dinding tebing. di salah satu sudut longsoran, terlihat botol minuman dan lubang agak dalam, tanda bahwa pernah ada seseorang yang terperosok dan jatuh entah kemana.
meskipun demikian, pesona keindahan jalur pendakian itu tetap terasa.

langkah saya semakin berat, efek pil merah itu sudah mulai habis dan rasa haus mulai menyerang.
terdorong oleh rasa haus, saya nekat menadahkan mulut kebawah cucuran air dari pohon, berharap rasa haus sedikit terobati. namun hingga pos 2, rasa haus itu masih ada. 
melihat cucuran air yang deras dari atap pos 2, tanpa pikir panjang saya tengadahkan mulut dan berusaha meneguk airnya. alhamdulillah salah seorang pendaki yang berteduh merelakan sebotol airnya untuk saya miliki, segera saya minum hingga haus hilang. 
usai berterima kasih, saya segera mengejar Pras, Ragil, Nian dan Vivit ke arah Pos 1.


Pras dan Ragil tak terkejar hingga saya , Nian, Vivit dan 1 orang M Rotary sampai di Pos1. kami beristirahat bersama sepasang pendaki yang berteduh. kopi hangat pun ditawarkan ke kami. alhamdulillah suhu tubuh kami meningkat. benar-benar suasana persaudaraan yang menyenangkan. 15 menit bertahan di pos 1 hujan masih belum menunjukkan tanda akan berhenti. kami berempat memutuskan untuk pamit dan berterima kasih kepada sepasang pendaki tersebut.
dengan sisa tenaga, kami menuruni pos 1, beberapa kali kami berpapasan dengan rombongan pendaki yang akan naik. sampai pada saat kami berpapasan dengan sekeluarga pendaki yang membawa porter. ibu-ibu pemimpinnya langsung menanyakan ke saya :

"di Ranukumbolo berapa hari mas?"
dengan sekenanya saya jawab 
"tiga, bu"

sampai di Ranupani, kami makan siang dan segera memesan truk untuk turun ke Tumpang.

truk berangkat. di dalam truk, saya hanya mendengarkan obrolan Pras dengan pendaki lain. awalnya mereka membahas film 5cm yang alur pendakiannya berantakan. berikutnya obrolan mereka membahas Arcopodo dan segala kegaib-an Semeru. termasuk penduduk sekitarnya yang masih beragama kejawen.

± 17.00 WIB
sampai di Tumpang, segera kami memesan angkot ke arjosari, dengan terlebih dahulu berhenti di mesjid untuk sholat Jamak qashar dhuhur dan ashar.

± 18.00 WIB sampai di Arjosari, kami bergantian ke Kamar mandi dan sholat magrib dan isya.

± 22.00 WIB sampai di Bungurasih kami dijemput Ibunya Pras.
dan di rumah Pras, kami bongkar muatan dan pamit untuk pulang.

berikut ini perhitungan biaya transportasi saya


bus surabaya-malang  Rp. 20.000,-
sewa angkot Arjosari-Tumpang Rp. 10.000,-
Truk Tumpang-Ranupani  Rp. 30.000,-
dikalikan 2x maka total saya habiskan sekitar Rp. 120.000,- untuk biaya transportasi saja.


beberapa pengalaman baik yang saya dapatkan adalah sebagai berikut :
  • sebelum pendakian, hendaknya persiapkan dengan teliti bawang bawaan;
  • untuk pendakian berkelompok, bagilah beban bahan makanan dan barang yang dipakai bersama dengan rata agar beban yang dirasakan sama rata pula;
  • pada pendakian di musim hujan, sebisanya bawalah matras 2 lembar setiap orangnya ;
  • pakailah mantel hujan berjenis poncho, mantel ini selain berfungsi melindungi tas carrier dari hujan, juga berfungsi sebagai alas tenda, sehingga dinginnya tanah pegunungan dapat terbatasi oleh alas dari mantel hujan poncho tsb;
  • selalu bawa sepatu dan sarung tangan untuk mendaki ke puncak semeru, suhu pasirnya sangat dingin;
  • jangan biarkan teman tercecer dijalan ;
  • diatas semeru, uang tidak berfungsi sebagai alat tukar lagi, hanya kebaikan sesama pendaki yang berperan;
Motto pecinta alam :

" JANGAN MENGAMBIL SESUATU KECUALI GAMBAR "
" JANGAN MEMBURU SESUATU KECUALI WAKTU "
" JANGAN MENINGGALKAN SESUATU KECUALI JEJAK "







No comments:

Post a Comment

"berkatalah yang baik atau diam"