Nama Ponari, bocah kelas 3 SD asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, tiba-tiba melesat bak meteor. Dalam waktu hanya beberapa hari, nama bocah ingusan itu langsung menyebar ke penjuru Nusantara. Sebab, dia bisa mengobati orang sakit berkat ''batu petir'' yang ditemukan di dekat rumahnya saat hujan disertai petir terjadi pada 17 Januari 2009 lalu.
Melalui ''batu petir'' itulah Ponari bisa melakukan pengobatan. Caranya, ''batu petir'' itu dicelupkan Ponari ke dalam air yang dibawa oleh pasien. Air itu kemudian diminum sebagai obat. Berkat kuasa Tuhan, banyak pasien yang sakitnya sembuh. Berita ini akhirnya menyebar luas. Terlebih lagi setelah diberitakan oleh media massa. Banyak warga berdatangan mencari Ponari.
Pasien yang gelap mata malah ada yang nekat mengunakan air selokan rumah Ponari untuk dibasuhkan *bahasa jawanya "BOBOK"(pengucapannya seperti mengucapkan kata -bobrok- )* ke sekujur tubuhnya....hoeeekkssssssss
eitts...ternyata pengobatan batu celup ala Ponari gak sendirian ..
masih ada "batu celup" yang lain.
Batu menangis milik Situ Nurrahmah pun memiliki 'khasiat' mengobati.
Begitulah yang diakui Siri Nurrahmah, penemu batu menangis yang mengaku sudah mendapatkan khasiat batu tersebut. Selama 4 hari dia sakit gigi, baru sembuh ketika Siti menyelupkan batu menangis ke dalam air yang harus diminumnya.
Siti menceritakan, dalam mimpinya bertemu dengan Ki Renggo bahwa ia diingatkan agar merawat batu tersebut. Bukan hanya itu, Siti juga mengaku diperbolehkan untuk buka praktik pengobatan di lapangan yang tidak jauh dari rumahnya.
"Oleh Ki Renggo, saya disuruh merawat batu balung putri itu," kata Siti, di Jombang, Jumat (20/2).
beuhhh....
setelah Jombang..giliran Banyuwangi menyusul..
Setelah hampir 19 tahun hanya disimpan, batu yang diyakini berasal dari sambaran petir milik Achmad Ikhsannuddin (32), warga Dusun Kebondalem Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, menunjukkan khasiatnya.
Khasiat batu petir yang ditemukan pada tahun 1990 silam itu, mulai dirasakan pria yang akrab dipanggil Cak Mad saat dicoba untuk mengobati kelainan pada kedua matanya.
Cara pengobatan yang dilakukannya pun mirip dengan apa yang dilakukan Ponari di Jombang. Batu petir itu direndam dalam air berwadah mangkok. Namun, Cak Mad memilih hari untuk memulai merendam batu petir miliknya *wedeww..udah molai menjurus neeh*.
Cak Mad mulai merendam batu petirnya di malam Jumat, karena malam itu adalah malam Mustajabah, atau hari yang baik untuk melakukan sebuah hajat.
"Saya rendam mulai pukul 20.00 WIB (Kamis malam), hingga pukul 04.00 WIB saat salat subuh," jelas Cak Mad, saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya yang berada di pinggiran lereng Gunung Srawet, Jumat (13/2/2009) siang.
Setelah meminum dan mengoleskan air rendaman batu petir ke kedua matanya, Cak Mad mengaku mulai merasakan ada khasiat. Kedua matanya yang buta sejak 1999, kini mulai dapat dibuka tutup. Bahkan yang menakjubkan, mulai nampak titik-titik cahaya di penglihatannya.
"Alhamdulillah, lantaran air rendaman batu petir kini rasanya mata saya enteng dan terlihat ada titik-titik cahaya meski itu masih menyebar," ungkap Cak Mad ramah sambil mengucapkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
Pria yang gagal kuliah lantaran kelainan pada keduanya matanya tersebut berjanji, jika nanti terapi batu petir tersebut terbukti dapat menyembuhkan matanya, maka dia akan senang hati akan membantu sesama.
"Semoga batu petir ini menjadi sarana penyembuhan dari Allah SWT untuk yang membutuhkannya," harapnya.
Batu petir milik Cak Mad itu didapatkannya di bawah pohon kelapa yang tersambar petir, tak jauh dari rumahnya sekitar pertengahan tahun 1990 lalu.
Selain pernah dipakai untuk mengobati tetangganya yang sakit panas, batu petir misterius itu juga pernah menyembuhkan kakak kandung Cak Mad sendiri yang terserang Stroke.
balik lagi ke Jombang...
"Saingan" ponari nambah lagi 1 orang...juga masih di bawah umur, hanya saja berjenis kelamin perempuan.
Pesaing Ponari ini tinggal di Dusun Pakel Desa Brodot Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, Selasa (17/2). Medianya juga masih batu, yang juga diakui telah tersambar petir. Bocah perempuan itu bernama Dewi Sulistyowati, yang masih berusia 12 tahun.
Jumlah pasiennya pun ternyata tak kalah dengan Ponari. Bahkan mulai hari ini, sekitar 2.000 orang sudah antre untuk mendapatkan pengobatan dengan media batu yang dicelupkan ke dalam air.
Menurut Jumalikah, ibunda Dewi, anak perempuannya itu menemukan batu sebesar ibu jari saat hujan turun. Batu berwarna cokelat itu kemudian diberikan kepada Slamet, bapak Dewi.
Kebetulan, saat itu nenek Dewi sedang sakit panas. Oleh Slamet, batu sebesar ibu jari itu kemudian dicampur dengan air dan diberikan kepada nenek tersebut.
Alhasil, secara perlahan-lahan penyakit panas itu membaik. "Batu sebesar ibu jari itu ditemukan anak saya di pematang sungai. Karena bentuknya aneh, akhirnya disimpan oleh suami saya. Ternyata batu itu bisa untuk obat," kata Jumalikah menceritakan ikhwal penemuan batu tersebut.
Kontan, berita sembuhnya nenek Dewi tersebar ke penjuru desa. Selanjutnya, puluhan orang mulai berdatangan untuk mencari kesembuhan. "Untuk hari saja sudah sekitar 2.000 orang yang datang mencari air kesembuhan," kata Kapolsek Bandar Kedungmulyo AKP Untung Sugiharto, saat memimpin pengamanan.
tapi tak lama setelahnya, Praktek Dukun Dewi ini ditutup.
weleh2...aneh bin ajaib..
semoga mereka diberikan hidayah oleh Alloh SWT
Amiien.
dikutip dengan perubahan dari
http://surabaya.detik.com
http://inilah.com
http://www.jawapos.co.id