Wednesday 4 November 2009

cintaaa cintaaaa...

penting nihhh..hihiihihihi

copas dari http://oryzasativa31.multiply.com/journal/item/391

Dalam ilmu pengetahuan, cinta dibagi menjadi 2 yaitu cinta romantis dan cinta maternal.

Cinta merupakan suatu pengalaman dari dua individu yang selalu ingin dirasakan dengan jalan menjalin atau pengikatan suatu hubungan. Perasaan cinta biasaya membuat seseorang yang pernah mengalaminya menjadi addict atau ketagihan.

Lihat saja, orang yang patah hati dan langsung mencari pengganti pasangannya atau seseorang yang baru patah hati dan tetap menyendiri dalam waktu yang cukup lama dengan alasan takut sakit hati lagi. Sebenarnya antara kedua orang tersebut, yang mengambil opsi yang berbeda paska patah hatinya, mempunyai tujuan yang sama. Mereka sebenarnya masih ingin, lagi, dan lagi ingin merasakan esensi dari perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh cinta. tidak ada yang “salah”, dan tidak ada yang “benar” dalam hal ini.

Sepintas mungkin sebagai seorang perempuan, lumrah saya beranggapan bahwa mantan yang baru putus dengan saya segera mencari pengganti saya adalah buaya, playboy, dan berbagai istilah lainnya. Wajar sebagai seorang perempuan menggunakan perasaannya ketimbang logika untuk merasakan esensi dari perasaan cinta yang membuatnya nyaman. Perasaan nyaman itu dia dapatkan melalui kenangan dan memori bahagianya bersama mantan pasangan yang dulu dia dapatkan. Perempuan mampu memunculkan kenangan2 tersebut sebagai stimulus atau trigger agar perasaan nyaman atas cintanya kembali lagi. Padahal bentukan ril dari cinta itu sendiri sudah pergi. Sedangkan laki-laki lebih berlogika untuk kembali merasakan kenyamanan akan cinta dengan jalan mencari pasangan yang baru. Tapi cara berpikir kita, perempuan dan laki-laki ternyata memang sudah berbeda.

Ikatan yang terjalin dalam cinta menekan aktifitas di pusat2 otak yang berkaitan dengan emosi negatif, pusat pengendali “theory of mind” atau penilaian terhadap orang lain, dan pusat penilaian sosial. Hal ini memberikan penjelasan bahwa ikatan emosional yang erat kepada seseorang menghambat emosi negatif ke orang tersebut. Bukan saja emosi negatif, tapi juga penilaian sosial terhadap orang yang bersangkutan.

Semisal, A sedang jatuh cinta dengan B. Maka emosi negatif A terhadap B akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali, begitu pula penilaian sosialnya terhadap B. Dalam kacamata A, B adalah orang yang sangat baik, padahal bisa saja dalam kesehariannnya banyak hal negatif dan menyimpang yang dilakukan B.

Cinta romantis merupakan perasaan kompleks yang mencakup komponen erotis, kognitif, emosi, dan tingkah laku yang terarah ke satu orang. Karena jenis cinta ini mempunyai komponen erotis, maka input visual memainkan peranan penting dalam menimbulkan dan mempertahankan jenis cinta ini sebagai bentuk dari aktivasi hipotalamus.

Sebagai contoh, jika A melihat foto B (yang merupakan pasangannya, orang yang dicintainya) dan foto C (yang bukan orang yang dicintainya), maka dapat dibuktikan “feelings of love” dan “sexual arousal” yang dirasakan A terhadap B akan lebih mendominasi dibandingkan ke C.

Gairah seksual inilah yang menjadikan banyak diantara pasangan yang mengalami cinta romantis melakukan “perilaku seksual dalam berpacaran”. Dalam artikel yang saya baca, ada sepuluh perilaku seksual, yang menurut saya didasari dari gairah seksual yang timbul karena aktifnya beberapa bagian otak akibat cinta romantis, yang banyak dilakukan oleh orang yang berpacaran. Sepuluh perilaku seksual tersebut yaitu 1)berpegangan tangan, 2)berangkulan, 3)berpelukan, 4)mencium pipi, 5)mencium bibir, 6)meraba-raba dada, 7)meraba-raba alat kelamin, 8)menggesekkan alat kelamin, 9)oral seks, dan 10)sexual intercourse (Jono 2009).

Di dalam otak terdapat sistem dan jalur yang diaktifkan ketika input visual diberikan. Hal ini berkaitan dengan proses neurohormonal yang berhubungan dengan reseptor oksitosin da vasopressin.Sehingga hal ini dapat menjelaskan bagaimana perilaku seksual berkaitan dengan jenis cinta romantis karena beberapa bagian otak yang diaktifkan akibat proses neurohormonal yang terjadi.


Dan karena kita tidak bisa mengatur proses neurohormonal tersebut, maka setidaknya kita dapat menghindari hal2 yang TIDAK DIINGINKAN TERJADI dengan jalan menjaga pandangan, heheu...



sumber:

Jono NA. 2009. Pacaran Eksperimentasi Seksual.  http://ruangpsikologi.com/pacaran-eksperimentasi-seksual. Terhubung berkala[ 5September 2009]

Suryobroto B. 2008. Cinta.

site kyk gini inih bisa dipercaya gak sih?? ada yg pengalaman jual beli onlen kyk gini gak http://www.handphonebm.com/